Aksinya menyelamatkan dan menampung bayi dan anak-anak bermasalah sosial justru menyeretnya ke jeruji besi. SH (32), Pria berjuluk Ayah sejuta anak itu kini mendekam di sel tahanan Polres Bogor dan menghadapi ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.
Popularitasnya sebagai sosok penyelamat bayi dari ancaman aborsi juga runtuh, demikian juga nasib rumah singgahnya di Ciseeng, Bogor kini telah disegel oleh polisi.
“Hukuman penjara paling singkat 3 tahun dan denda Rp60 juta. Maksimal 15 tahun penjara dan denda Rp300 juta,” jelas Kapolres Bogor, AKBP Iman Imanudin saat merilis kasus tersebut, Rabu (28/9).
Sebelum ditangkap polisi, pelaku telah menjual satu anak ke wilayah Lampung. Sementara saat penangkapan, polisi mendapati adanya lima orang ibu hamil sedang menanti proses melahirkan di kediaman pelaku, Perumahan Grand Viona, Desa Kuripan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor.
Para ibu hamil dan anak yang sempat diadopsi, kini ditangani oleh Dinas Sosial Kabupaten Bogor, untuk diberikan perlindungan serta penanganan sampai selesai melahirkan. Sementara sang bayi akan dijamin hidupnya oleh negara.
“Ini ilegal. Karena untuk adopsi atau yayasan harus ada mekanisme yang ditempuh, untuk memastikan kemampuan ekonomi orang tua angkat dan lain sebagainya. Ini masih penyidikan, pengembangan jika ada jaringan atau pidana penyerta lain,” tegas Iman.
SH yang berprofesi sebagai marketing properti itu, kini menyandang status tersangka kasus perdagangan anak. Dia dijerat dengan Pasal 83 jo 76F UU Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan/atau Pasal 2 UU Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
“Dia mengumpulkan ibu hamil yang tidak bersuami, dengan iming-iming dibantu proses persalinannya, kemudian setelah anaknya lahir, diberikan kepada orang tua adopsi, dengan membayar Rp15 juta,” terang Kapolres, mengungkap modus kasus tersebut.
Berdalih niat baik untuk menyelamatkan bayi hasil hubungan luar nikah dari praktik aborsi, menyelamatkan ibu depresi dan percobaan bunuh diri, SH menjalankan aksi Ayah sejuta anak sejak awal 2022, tahun ini.
Melalui akun instagramnya Hendra Abdul Halim, dia menunjukan sejumlah bayi yang diasuhnya. Juga barisan ibu-ibu hamil yang menunjukan wajah semringah karena mendapat pertolongan dari duda beranak satu itu.
“Alhamdulillah, mudah-mudahan kedepan pemerintah peduli dan sediakan tempat. Saya hanya sebagai influence saja. Aamiin,” tulis SH, pada akhir Juli lalu.
Aksinya menyelematkan nyawa anak dan ibu hamil yang bermasalah secara sosial maupun ekonomi mendapat dukungan banyak orang. Tidak sedikit yang ikut memberi sumbangan untuk memenuhi kebutuhan perawatan bayi dan juga ibu hamil yang tinggal di rumahnya.
Bahkan, beberapa di antara pada dermawan itu, ada yang ingin mengadopsi bayi-bayi tersebut. “Maaf tidak (untuk) di adopsi, semuanya kami rawat,” katanya.
SH mengaku, dia dan beberapa teman-temannya melakukan hal tersebut dengan niat menjaga agar bayi-bayi tidak berdosa selamat dari praktik aborsi ilegal, menyelamatkan ibu hamil dari depresi dan bunuh diri, juga agar anak-anak tersebut tidak terlantar. “Setelah nanti mereka tamat SMA mereka bisa kembali kepada ibunya,” kata SH.
Karena aksinya, SH juga pernah diundang televisi swasta untuk berbagi kisah kegiatan Ayah sejuta anak itu. SH mengaku menyediakan rumah tinggalnya untuk menampung ibu hamil yang tidak bersuami.
SH bahkan tidak menyoal beberapa ibu hamil yang menganggap dirinya sebagai suami demi menjaga kehormatan bayi yang akan dilahirkannya. “Kadang ketika si ibu mau melahirkan dari rumah sakit ada yang telepon menanyakan apakah benar saya suaminya?,” kata SH. Lalu, SH mengiyakan pertanyaan pihak rumah sakit tersebut. “Kebetulan saya duda dengan anak satu,” sela SH, ketika presenter menanyakan bagaimana respon istri SH terkait hal tersebut.
Dia mengatakan, banyak ibu hamil yang dikumpulkannya mengalami depresi karena tidak mendapat tanggung jawab dari pria yang menghamilinya. Bahkan, banyak dari mereka ingin menggugurkna kandungan.
“Sebenarnya setiap habis lahiran ibu-ibu hamil pada bahagia saya menangis, menangis haru dan takut serta bersyukur keduanya sehat. Mereka banyak yang sudah coba aborsi, depresi dan ingin bunuh diri,” kata dia.
SH juga menyadari apa yang dia lakukan cukup beresiko. “Kalau sampai bayinya meninggal dimana saya (harus) makamkan, gimana nasib saya di kepolisian?. Apalagi kalau keduanya meninggal, hukuman untuk saya menanti jika keluarganya nuntut. Saya siap dengan semuanya meskipun nyawa taruhannya, demi lahirnya anak-anak yang tidak berdosa,” kata dia.
Namun niat di hati tidak ada yang tahu. Pertengahan Juli lalu, SH mulai menghadapi proses hukum. Dia dilaporkan oleh salah satu orangtua bayi yang anaknya ‘dijual’ ke Lampung. SH menjual bayi dengan banderol Rp15 juta. Adanya uang tebusan juga tidak diketahui oleh ibu kandung bayi tersebut.
SH berdalih nominal sebesar itu sebagai pengganti biaya persalinan secara cesar di rumah sakit. Padahal, semua proses persalinan ditanggung oleh BPJS dan tidak dipungut biaya.
“Selama proses persalinan ditanggung BPJS dan tidak dipungut biaya. Pelaku itu mengumpulkan ibu-ibu hamil yang rata-rata di luar nikah melalui media sosial,” terang Kapolres.
Bukan hanya oleh Kepolisian, kegiatan Ayah sejuta anak itu juga disoal oleh Pemerintah Kabupaten Bogor. Aparat Dinas Sosial Kabupaten Bogor, pernah menginpeksi rumah kediaman SH, di Grand Viona, Desa Kuripan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, yang dijadikan tempat penampungan bayi dan ibu hamil yang tidak bersuami. Kegiatannya disoal karena tidak mengantongi perizinan yang sah.
“Insha Allah ijin legal akan segera diurus, murni rumah singgah dan bisa bekerjasama dengan orang-orang di Dinsos Bogor dan berkompeten sesuai dengan harapan saya selama ini,” kilah SH.
Selama proses penyelidikan kasusnya, SH juga sempat berkunjung ke Pondok Pesantren Mabda Islam di Sukabumi. Pesantren di Desa Nyalindung, Kabupaten Sukabumi itu memberikan pendidikan untuk anak-anak yatim. Selain belajar ilmu agama Islam, Santri di pondok tersebut diajarkan keterampilan bertani, hingga mengelola produk pertanian. SH juga sempat berkunjung ke panti asuhan Amanah Assodiqiyah, di Rajeg, Kbaupaten Tangerang, Banten pada akhir Agustus lalu.